Sebagian besar wilayah di Indonesia beruntung mengalami Gerhana Bulan Total (GBT) perige atau Super Blue Blood Moon yang terjadi pada Rabu (31/1) malam. Jutaan manusia menyaksikan fenomena alam yang menakjubkan ini, namun juga sebagian manusia tenggelam dalam nuansa religius dengan melaksanakan salat gerhana bulan.
Super blue blood moon adalah sebutan yang diberikan oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). NASA menyebut ada tiga fenomena yang terjadi bersamaan dalam satu waktu. Pertama, super moon, yakni bulan berada di posisi sangat dekat dengan bumi. Kedua, blue moon, yakni bulan purnama kedua dalam satu bulan. Ketiga blood moon, yakni bulan memancarkan warna merah darah.
“Sebagai umat beragama, kita meyakini segala kejadian alam semesta ini merupakan tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Taala, Allah kemudian memerintahkan kita untuk ingat dan tafakur, bahwa segala yang diciptakan Allah pasti memiliki makna dan tidak ada yang sia-sia,” ujar Ketua DPW LDII Kalimantan Timur, Prof Dr Krishna Purnawan Candra mengutip Surah Ali Imron 190-191.
“Dalam suatu riwayat, ketika terjadi gerhana matahari atau bulan, Rasulullah mengajak para sahabatnya untuk melakukan salat gerhana, dikerjakan dari awal terjadinya gerhana sampai dengan selesainya gerhana,” ungkapnya. Ia menambahkan, umat juga dianjurkan untuk memperbanyak sedekah, dzikir, serta memperbanyak berdoa.
“Menghadapi tahun politik ini, mari kita memperbanyak berdoa, khususnya untuk kesejahteraan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ajak Krishna.
Krishna juga menghimbau kepada jajaran di bawahnya untuk melaksanakan salat gerhana bersama dengan masyarakat sekitar. “Jika memungkinkan, silakan ajak warga sekitar, masyarakat luas, maupun tokoh atau pejabat untuk mengikuti salat gerhana bulan di masjid-masjid,” himbaunya.